Arsip Blog
Penaku Semakin Tumpul
Penaku semakin tumpul,
tak terasah.
Goresannya kini layu,
tak mumpuni lagi.
Tintaku semakin mengering,
ditiup angin kejumudan;
ditimpa kemarau imajinasi.
Kertas-kertasku berdebu,
tak pernah tersentuh.
Dimakan rayap,
tak terjamah.
Jari-jariku mulai kaku
Membeku dintara salju sang buku.
Imajinasiku melayang pergi
Berlari enggan kembali.
Paragraf-paragraf menyepi terhenti,
ditengah hening kemalasan;
ditengah gersang ide dan gagagsan.
Sebuah cerita terkatung-katung,
menunggu eksekusi, menunggu gerak
tokoh-tokohnya.
Aku ingin kembali
Mengasah penaku,
menyapu debu-debu kertasku,
berlari bersama imajinasi-imajinasiku.
Demi sebuah cerita,
yang akan dikenang sepanjang masa
walau diri telah tiada.
Aku, Kertas Putih dan Tinta Hitam
Wahai kertas putih,,,!
Hari ini, kugoreskan tinta hitam
diatas lembaran-lembaran sucimu
Akan kusematkan cerita hidup ini
di pundak, pada garis-garis lurusmu
Agar ceritaku tetap abadi dikenang masa
sampai alam dunia tiada
Kuingin jadikanmu
saksi bisu dalam sejarah panjang hidup ini
Wahai kertas putih,,,!
Bersama tinta hitam ini
kuingin kau bicara pada dunia
sekarang, esok, dan lusa
bahwa aku pernah ada
bahwa aku pernah mengukir cerita
dalam dunia fana sirna ini
Wahai kertas putih,,,!
Mulai saat ini
akan kutelaah hurup-hurup itu
satu demi satu
Akan kurajut kata-kata itu
satu demi satu
Akan kusulam kalimat-kalimat itu
satu demi satu
Agar mereka saling menyatu
bercerita dalam setiap tajuk
berirama dalam setiap tema
mengukir sejarah cerita keabadianku
dalam setiap paragraf-paragraf indahnya
Wahai kertas putih,,,!
Diatas lembaran-lembaran sucimu
pada pundak garis-garis lurusmu
bersama coretan-coretan tinta hitam ini
cerita hidupku akan abadi
dalam setiap generasi anak-anak manusia.
Maroko, 13 Juni 2012