Arsip Blog

Penaku Semakin Tumpul

P1020551 copy

Penaku semakin tumpul,

tak terasah.

Goresannya kini layu,

tak mumpuni lagi.

 

Tintaku semakin mengering,

ditiup angin kejumudan;

ditimpa kemarau imajinasi.

 

Kertas-kertasku berdebu,

tak pernah tersentuh.

Dimakan rayap,

tak terjamah.

 

Jari-jariku mulai kaku

Membeku dintara salju sang buku.

 

Imajinasiku melayang pergi

Berlari enggan kembali.

 

Paragraf-paragraf menyepi terhenti,

ditengah hening kemalasan;

ditengah gersang ide dan gagagsan.

 

Sebuah cerita terkatung-katung,

menunggu eksekusi, menunggu gerak

tokoh-tokohnya.

 

Aku ingin kembali

Mengasah penaku,

menyapu debu-debu kertasku,

berlari bersama imajinasi-imajinasiku.

Demi sebuah cerita,

yang akan dikenang sepanjang masa

walau diri telah tiada.

 

Aku, Kertas Putih dan Tinta Hitam

Wahai kertas putih,,,!

Hari ini, kugoreskan tinta hitam

diatas lembaran-lembaran sucimu

Akan kusematkan cerita hidup ini

di pundak, pada garis-garis lurusmu

Agar ceritaku tetap abadi dikenang masa

sampai alam dunia tiada

Kuingin jadikanmu

saksi bisu dalam sejarah panjang hidup ini

 

Wahai kertas putih,,,!

Bersama tinta hitam ini

kuingin kau bicara pada dunia

sekarang, esok, dan lusa

bahwa aku pernah ada

bahwa aku pernah mengukir cerita

dalam dunia fana sirna ini

 

Wahai kertas putih,,,!

Mulai saat ini

akan kutelaah hurup-hurup itu

satu demi satu

Akan kurajut kata-kata itu

satu demi satu

Akan kusulam kalimat-kalimat itu

satu demi satu

 

Agar mereka saling menyatu

bercerita dalam setiap tajuk

berirama dalam setiap tema

mengukir sejarah cerita keabadianku

dalam setiap paragraf-paragraf indahnya

 

Wahai kertas putih,,,!

Diatas lembaran-lembaran sucimu

pada pundak garis-garis lurusmu

bersama coretan-coretan tinta hitam ini

cerita hidupku akan abadi

dalam setiap generasi anak-anak manusia.

 

Maroko, 13 Juni 2012